Pupuk Kompos dan Conblock dari Limbah
Pagi itu, Kamis (19/10), berkisar 26 kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang merupakan mitra kerja Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) lingkup wilayah Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai-Hutan Lindung (BPDAS-HL) Wampu Sei Ular berkumpul di Pondok Miri Asri di Gang Pribadi Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang.
Para KSM yang hadir iru berasal dari Kabupaten Langkat, Deliserdang, Serdang Bedagai, Karo, Asahan dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Selain itu, hadir juga Camat Sunggal, Babinsa Koramil Sunggal, Kepala Desa Sei Semayang, Pengurus Forum DAS N Akelaras, Pembina KSM Buluh Awar Wajah Gurusinga dan Kepala BPDAS-HL Wampu Sei Ular Heru Winarto sekaligus membuka acara tersebut.
Acara yang berlangsung satu hari itu, membahas kinerja dan permasalahan yang dihadapi masing-masing KSM. Dari masing-masing laporan yang disampaikan, ada hal yang menarik dari laporan yang disampaikan KSM Pondok Miri Asri.
KSM yang diketuai Zuhrina ini, berhasil memanfaatkan limbah plastik menjadi conblock. Hasilnya memang belum maksimal, namun hasil karya KSM tersebut sudah dapat digunakan.
"Kita membuat conblock dari limbah-limbah plastik dengan cara yang sangat sederhana tapi bermanfaat dalam pengendalian limbah atau sampah plastik,� kata Zuhrina yang didampingi Ketua Komunitas Pemuda Peduli Lingkungan (Koppling) Supriadi atau Adi Bos.
Pengerjaannya masih dilakukan secara manual. Pada pertemuan itu, KSM Pondok Miri Asri melakukan demo dengan membakar kantongan plastik yang mereka kumpulkan dari tiap rumah tangga yang ada di sekitar mereka.
Plastik itu dibakar agar mencair. Pembakaran langsung dilakukan pada wadah atau cetakan conblock. Karena caranya masih sangat sederhana, proses pengerjaannya menjadi lambat. Tetapi yang jelas conblock yang mereka buat sudah bisa dipakai sama seperti paving block yang dipasarkan.
Memang kata dia, untuk menghasilkan conblock yang bagus perlu pembenahan lebih lanjut. Karena itu, mereka butuh dampingan dari pemerintah untuk bisa menghasilkan conblock yang berkualitas dan berdaya saing.
Tidak hanya itu, KSM Pondok Miri Asri juga berhasil membuat pupuk kompos dari kotoran ternak sapi, kambing dari usaha ternak mereka sendiri dan sampah organik masyarakat sekitar. Bahkan, mereka telah menjual sebanyak 11 ton pupuk kompos padat dan cair.
Menurut Zuhrina, sampah organik mereka kumpulkan dari rumah tangga dan pasar-pasar tradisional. Sampah-sampah itu kemudian dicincang dengan mesin pecincang. Sebahagian untuk pupuk dan sebahagian lagi untuk tambahan pakan sapi dan kambing yang mereka pelihara.
Hasil cincangan sampah organik itu dimasukkan ke dalam bak dan diberi MOL (mikro organisme lokal) yang dibuat sendiri, kemudian dibolak-balik agar campuran merata. Kompos yang sudah matang dicampur dengan pupuk kandang. Dan, pupuk siap dijual.
�Jadi lama pembuatannya berkisar dua minggu agar pupuk siap jual,� aku Zuhrina.
Pupuk yang mereka produksi jumlahnya sudah mencapai 11 ton dan pupuk itu mereka pasarkan ke petani-petani yang di Sumatera Utara seperti Deliserdang, Karo, dan Langkat. Dengan harga jual Rp 1.000 per kilogram.
�Hasil penjualan pupuk itu kami bagi untuk masing-masing anggota KSM Pondok Miri Asri. Kita sangat beruntung bisa mengelola sampah menjadi barang berguna. Artinya, kita memperoleh penghasilan dari mengelola sampah. Uang kita dapat, kebersihan pun tetap terpelihara,� ujarnya.
KSM Pondok Miri Asri yang berdiri tahun 2013 itu, menurut Zuhrina, telah mendapat bantuan dari Bansos untuk konservasi dan usaha produktif, yaitu kolam ikan dan ternak.
Kemudian, pendirian rumah kompos diawali dengan biaya pribadi. Lalu di tengah perjalanan mendapat bantuan dari Pemkab Deliserdang, berupa biaya untuk kelanjutan pembangunan rumah kompos, armada untuk mengangkut sampah, mesin las, tong, dan mesin grenda.
Hingga akhirnya, KSM Pondok Miri Asri berkembang dan membentuk Komunitas Pemuda Peduli Lingkungan (KOPPLING).
�Kegiatan utama Koppling ini adalah pemberdayaan sampah. Dari sampah yang diberdayakan inilah kita memproduksi pupuk kompos, pupuk cair pestisida nabati dan daur ulang conblock dari plastik serta tiang untuk menggantungkan plastik,� kata Zuhrina.
Menurut Zuhrina, KSM Pondok Miri Asri yang berjumlah 12 orang itu yang saat ini mengelola ternak sapi dua ekor, dan kambing 12 ekor. Kemudian, pengelolaan ruang terbuka hijau di tanah lapang Sei Semayang, TPA Telaga Dingin dan Kuburan Sei Semayang.
Selain itu, pihaknya juga membuat program pohon pengantin bagi pasangan yang akan menikah dengan menanam pohon serta membagikan bibit tanaman pada kegiatan pengajian akbar.
Para KSM yang hadir iru berasal dari Kabupaten Langkat, Deliserdang, Serdang Bedagai, Karo, Asahan dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Selain itu, hadir juga Camat Sunggal, Babinsa Koramil Sunggal, Kepala Desa Sei Semayang, Pengurus Forum DAS N Akelaras, Pembina KSM Buluh Awar Wajah Gurusinga dan Kepala BPDAS-HL Wampu Sei Ular Heru Winarto sekaligus membuka acara tersebut.
Acara yang berlangsung satu hari itu, membahas kinerja dan permasalahan yang dihadapi masing-masing KSM. Dari masing-masing laporan yang disampaikan, ada hal yang menarik dari laporan yang disampaikan KSM Pondok Miri Asri.
KSM yang diketuai Zuhrina ini, berhasil memanfaatkan limbah plastik menjadi conblock. Hasilnya memang belum maksimal, namun hasil karya KSM tersebut sudah dapat digunakan.
"Kita membuat conblock dari limbah-limbah plastik dengan cara yang sangat sederhana tapi bermanfaat dalam pengendalian limbah atau sampah plastik,� kata Zuhrina yang didampingi Ketua Komunitas Pemuda Peduli Lingkungan (Koppling) Supriadi atau Adi Bos.
Pengerjaannya masih dilakukan secara manual. Pada pertemuan itu, KSM Pondok Miri Asri melakukan demo dengan membakar kantongan plastik yang mereka kumpulkan dari tiap rumah tangga yang ada di sekitar mereka.
Plastik itu dibakar agar mencair. Pembakaran langsung dilakukan pada wadah atau cetakan conblock. Karena caranya masih sangat sederhana, proses pengerjaannya menjadi lambat. Tetapi yang jelas conblock yang mereka buat sudah bisa dipakai sama seperti paving block yang dipasarkan.
Memang kata dia, untuk menghasilkan conblock yang bagus perlu pembenahan lebih lanjut. Karena itu, mereka butuh dampingan dari pemerintah untuk bisa menghasilkan conblock yang berkualitas dan berdaya saing.
Tidak hanya itu, KSM Pondok Miri Asri juga berhasil membuat pupuk kompos dari kotoran ternak sapi, kambing dari usaha ternak mereka sendiri dan sampah organik masyarakat sekitar. Bahkan, mereka telah menjual sebanyak 11 ton pupuk kompos padat dan cair.
Menurut Zuhrina, sampah organik mereka kumpulkan dari rumah tangga dan pasar-pasar tradisional. Sampah-sampah itu kemudian dicincang dengan mesin pecincang. Sebahagian untuk pupuk dan sebahagian lagi untuk tambahan pakan sapi dan kambing yang mereka pelihara.
Hasil cincangan sampah organik itu dimasukkan ke dalam bak dan diberi MOL (mikro organisme lokal) yang dibuat sendiri, kemudian dibolak-balik agar campuran merata. Kompos yang sudah matang dicampur dengan pupuk kandang. Dan, pupuk siap dijual.
�Jadi lama pembuatannya berkisar dua minggu agar pupuk siap jual,� aku Zuhrina.
Pupuk yang mereka produksi jumlahnya sudah mencapai 11 ton dan pupuk itu mereka pasarkan ke petani-petani yang di Sumatera Utara seperti Deliserdang, Karo, dan Langkat. Dengan harga jual Rp 1.000 per kilogram.
�Hasil penjualan pupuk itu kami bagi untuk masing-masing anggota KSM Pondok Miri Asri. Kita sangat beruntung bisa mengelola sampah menjadi barang berguna. Artinya, kita memperoleh penghasilan dari mengelola sampah. Uang kita dapat, kebersihan pun tetap terpelihara,� ujarnya.
KSM Pondok Miri Asri yang berdiri tahun 2013 itu, menurut Zuhrina, telah mendapat bantuan dari Bansos untuk konservasi dan usaha produktif, yaitu kolam ikan dan ternak.
Kemudian, pendirian rumah kompos diawali dengan biaya pribadi. Lalu di tengah perjalanan mendapat bantuan dari Pemkab Deliserdang, berupa biaya untuk kelanjutan pembangunan rumah kompos, armada untuk mengangkut sampah, mesin las, tong, dan mesin grenda.
Hingga akhirnya, KSM Pondok Miri Asri berkembang dan membentuk Komunitas Pemuda Peduli Lingkungan (KOPPLING).
�Kegiatan utama Koppling ini adalah pemberdayaan sampah. Dari sampah yang diberdayakan inilah kita memproduksi pupuk kompos, pupuk cair pestisida nabati dan daur ulang conblock dari plastik serta tiang untuk menggantungkan plastik,� kata Zuhrina.
Menurut Zuhrina, KSM Pondok Miri Asri yang berjumlah 12 orang itu yang saat ini mengelola ternak sapi dua ekor, dan kambing 12 ekor. Kemudian, pengelolaan ruang terbuka hijau di tanah lapang Sei Semayang, TPA Telaga Dingin dan Kuburan Sei Semayang.
Selain itu, pihaknya juga membuat program pohon pengantin bagi pasangan yang akan menikah dengan menanam pohon serta membagikan bibit tanaman pada kegiatan pengajian akbar.
Komentar
Posting Komentar