Bukan di Bogor, Ini Kebun Raya di Boyolali
Boyolali - Pembangunan Kebun Raya Indrokilo saat ini memang belum sepenuhnya selesai. Namun sudah cukup banyak dikunjungi traveler, khususnya di hari-hari libur.
Kebun Raya Indrokilo berada di wilayah Kampung Tempurejo, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo. Kebun raya di atas lahan seluas 8,9 hektare itu kini belum selesai sepenuhnya. Baru sejumlah bangunan maupun taman yang sudah jadi.
"Sudah cukup ramai yang datang ke sini (Kebun Raya Indrokilo). Setiap hari ada, tetapi paling ramai hari Sabtu dan Minggu," kata Rizki, pedagang makanan di kompleks Kebun Raya Indrokilo, Jumat (26/1/2018).
Jumat kemarin, tampak sejumlah pekerja sedang membersihkan rumput liar yang tumbuh. Selain itu beberapa pekerja juga tampak menyelesaikan salah satu proyek bangunan. Pengunjung yang rata-rata anak muda, terlihat di beberapa tempat, seperti di Taman Paku yang sudah terlihat jadi. Mereka berfoto-foto di sana.
"Kalau hari Sabtu dan Minggu itu pengunjungnya bisa mencapai ratusan orang. Masih dari sekitar wilayah Boyolali saja. Ya mungkin penasaran saja, meskipun (pembangunan kebun raya) belum jadi," ujar Nur, petugas pemelihara tanaman di Kebun Raya Indrokilo.
Pembangunan kebun raya dilakukan setelah tanda tangan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) Bupati Seno Samodro dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada tahun 2013.
Gelontoran anggaran terus ditambah setiap tahun dengan target Kebun Raya ini dapat diluncurkan pada tahun 2019. Pembangunan fisiknya dimulai tahun 2016 lalu dengan anggaran yang menyentuh angka Rp 5,7 miliar untuk fisik dan non fisik mencapai Rp 987 juta. Dilanjutkan tahun 2017 dengan anggaran fisik mencapai Rp 9,3 miliar serta non fisik Rp 549 juta.
Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Boyolali, Bambang Subagyo, mengatakan di tahun 2018 ini dianggarkan Rp 7,236 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan jembatan yang akan menjadi jalan masuk ke kebun raya. Kemudian pembangunan gazebo, area outbond, fitur lukisan kolam dan patung Sosro Birowo.
"Patung Sosro Birowo menggambarkan tokoh Mahesa Jenar. Akan dibangun setinggi 17 meter dan ditempatkan di depan Gerbang Pasingsingan," ujar Bambang Subagyo.
Bangunan yang jadi saat ini antara gerbang Pasisingan, gedung Tourism Information Center (TIC), gedung Ecological House yang menjadi kantor pengelola, taman labirin berbentuk gunung wayang, taman paku dan kandang rusa. Selain itu juga jalan berupa paving block di komplek kebun raya.
"Kebun Raya Indrokilo ini lebih mengedepankan sisi pelestarian tumbuhan, penyedia ruang terbuka hijau, wisata, sarana penelitian dan pendidikan. Rencananya diresmikan tahun 2019," terangnya.
Sementara itu, sejumlah bangunan atau wahana lain di lingkungan itu belum selesai pengerjaannya. Salah satunya adalah air terjun yang dinamakan Niagara.
Untuk diketahui Kebun Raya Indrokilo merupakan taman konservasi tanaman langka dan dilindungi di bawah pendampingan Kebun Raya Puwodadi, Pasuruan (Jawa Timur) dan LIPI/Kebun Raya Bogor.
Selain ditanam ribuan jenis tanaman pohon keras dan langka, juga akan ada 160 spesies tanaman langka, hasil eksplorasi di hutan Telawa, Juwangi.
Antara lain trenggulun (Protium javanicum), randu alas (Bombax ceiba), mojolegi (Aegle marmelos), suwek (Amorphophalus variabillis), juwet/duwet (Syzgium cumini), kepuh (Sterculia foetida), balungan (Polyscias nodosa), kayu lanang (Morinda citrifolia) dan anggrek (Dendrobium crumenatum).
Kebun Raya Indrokilo berada di wilayah Kampung Tempurejo, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo. Kebun raya di atas lahan seluas 8,9 hektare itu kini belum selesai sepenuhnya. Baru sejumlah bangunan maupun taman yang sudah jadi.
"Sudah cukup ramai yang datang ke sini (Kebun Raya Indrokilo). Setiap hari ada, tetapi paling ramai hari Sabtu dan Minggu," kata Rizki, pedagang makanan di kompleks Kebun Raya Indrokilo, Jumat (26/1/2018).
Jumat kemarin, tampak sejumlah pekerja sedang membersihkan rumput liar yang tumbuh. Selain itu beberapa pekerja juga tampak menyelesaikan salah satu proyek bangunan. Pengunjung yang rata-rata anak muda, terlihat di beberapa tempat, seperti di Taman Paku yang sudah terlihat jadi. Mereka berfoto-foto di sana.
"Kalau hari Sabtu dan Minggu itu pengunjungnya bisa mencapai ratusan orang. Masih dari sekitar wilayah Boyolali saja. Ya mungkin penasaran saja, meskipun (pembangunan kebun raya) belum jadi," ujar Nur, petugas pemelihara tanaman di Kebun Raya Indrokilo.
Gelontoran anggaran terus ditambah setiap tahun dengan target Kebun Raya ini dapat diluncurkan pada tahun 2019. Pembangunan fisiknya dimulai tahun 2016 lalu dengan anggaran yang menyentuh angka Rp 5,7 miliar untuk fisik dan non fisik mencapai Rp 987 juta. Dilanjutkan tahun 2017 dengan anggaran fisik mencapai Rp 9,3 miliar serta non fisik Rp 549 juta.
Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Boyolali, Bambang Subagyo, mengatakan di tahun 2018 ini dianggarkan Rp 7,236 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan jembatan yang akan menjadi jalan masuk ke kebun raya. Kemudian pembangunan gazebo, area outbond, fitur lukisan kolam dan patung Sosro Birowo.
Bangunan yang jadi saat ini antara gerbang Pasisingan, gedung Tourism Information Center (TIC), gedung Ecological House yang menjadi kantor pengelola, taman labirin berbentuk gunung wayang, taman paku dan kandang rusa. Selain itu juga jalan berupa paving block di komplek kebun raya.
"Kebun Raya Indrokilo ini lebih mengedepankan sisi pelestarian tumbuhan, penyedia ruang terbuka hijau, wisata, sarana penelitian dan pendidikan. Rencananya diresmikan tahun 2019," terangnya.
Sementara itu, sejumlah bangunan atau wahana lain di lingkungan itu belum selesai pengerjaannya. Salah satunya adalah air terjun yang dinamakan Niagara.
Untuk diketahui Kebun Raya Indrokilo merupakan taman konservasi tanaman langka dan dilindungi di bawah pendampingan Kebun Raya Puwodadi, Pasuruan (Jawa Timur) dan LIPI/Kebun Raya Bogor.
Selain ditanam ribuan jenis tanaman pohon keras dan langka, juga akan ada 160 spesies tanaman langka, hasil eksplorasi di hutan Telawa, Juwangi.
Antara lain trenggulun (Protium javanicum), randu alas (Bombax ceiba), mojolegi (Aegle marmelos), suwek (Amorphophalus variabillis), juwet/duwet (Syzgium cumini), kepuh (Sterculia foetida), balungan (Polyscias nodosa), kayu lanang (Morinda citrifolia) dan anggrek (Dendrobium crumenatum).
Komentar
Posting Komentar